Mengapa Turbine Blade pada Mesin Jet tidak meleleh?
Sebelum
membahas judul di atas lebih mendalam, alangkah baiknya kita lebih dahulu tahu
bagaimana teknologi mesin jet yang sudah biasa ditemui di era penerbangan
modern. Bukan hanya dalam penerbangan militer, tetapi juga dalam penerbangan
sipil. Di sini kita akan mengambil contoh teknologi mesin jet jenis turbofan,
Rolls-Royce Trent 1000 yang disematkan di kedua belah sayap Boeing 787
“Dreamliner”.
Bayangkan,
ketika mesin sudah dinyalakan dan berputar dalam kecepatan maksimum. Dalam
keadaan full speed rotation atau kipas besar di bagian depan mesin
jet berputar dengan kecepatan hingga 3.300 RPM. Fan ini yang bertindak
sebagai Low Pressure Compressor (LP) menghisap udara ke dalam mesin dengan
Airmass Flow Rate 1.290 KG/s. Dengan kata lain memindahkan udara seberat 72 ton
dari bagian depan ke dalam mesin dalam waktu 1 menit.
Udara yang
telah terhisap ada yang mengalir langsung ke belakang bypass dan ada yang masuk
ke dalam bagian dalam mesin. Udara yang masuk ke bagian dalam mesin kemudian
dimampatkan oleh Intermediate Pressure Compressor (IP) dengan
kecepatan lebih dari 7.000 RPM. Kemudian dimampatkan lagi oleh High
Pressure Compressor (HP) yang mempunyai kecepatan lebih dari 10.000 RPM.
Udara
bertekanan tinggi dari compressor dimasukkan ke dalam ruangan yang
bernama combustion chamber atau ruang pembakaran. Kemudian dicampurkan dengan
bahan bakar yang keluar dari injector, dan dibakar oleh ignitor.Hasil
pembakaran ini menghasilkan energi yang sangat besar dengan suhu lebih
dari 2.000° C.
Gas panas
hasil pembakaran combustion kemudian keluar dari combustion chamber,
melewati 7 Turbine. Masing-masing 1 HP Turbine, 1 IP Turbine, dan 5 LP turbine,
dengan suhu 1.500° C dan berangsur menurun menjadi 900° C. Kemudian
keluar dengan kecepatan tinggi melalui nozzle di bagian belakang
mesin jet. Gas yang keluar ini menghasilkan Thrust atau gaya dorong
sebesar 350 kN atau setara 78.000 Pound. Bahu-membahu bersama dengan mesin jet
di sisi lainnya untuk mendorong sebuah pesawat dengan massa lebih dari 100 ton.
Memberi percapatan pesawat dari diam menuju kecepatan 300 km/jam dalam waktu
hanya 20 detik, dengan berbekal prinsip yang sangat sederhana, Hukum Newton 3,
aksi = reaksi.
Kondisi Ekstrim saat Pembakaran
Skema Turbofan
Pada saat
pembakaran, komponen-komponen mesin seperti combustion chamber
dan Turbine Rotor pada Hot Section (berwarna jingga) berada
dalam kondisi yang sangat ekstrim, suhu antara 1.500 – 2.000° C, tekanan
tinggi, putaran tinggi, serta getaran tinggi. Pada tulisan ini akan dibahas lebih
mendalam tentang bagaimana turbine blade bisa bertahan selama pembakaran
dan dalam kondisi yang sangat ekstrim.
Saat gas
panas keluar dari Combustion Chamber, turbine blade menerima tekanan
yang sangat tinggi disertai suhu hingga 1.500° C, artinya turbine
blade mendapatkan beban suhu di atas rata-rata Titik Leleh (Melting
Point) logam. Kemudian setelah berputar dengan putaran yang sangat tinggi
(mencapai 10.000 RPM), turbine blade akan menerima beban lainnya
yaitu beban Tegangan Tarik Tension hasil dari Gaya Sentrifugal saat berputar,
serta beban getaran. Kondisi yang sama terjadi pada Steam Turbine dan Turbin
pada Reaktor Nuklir. Kondisi ini membuat turbine blade sangat riskan terhadap
kerusakan, seperti deformasi jangka panjang, kelelahan material (fatigue) serta
korosi (corrosion).
Kenapa TurbineBlade tidak meleleh saat pembakaran?
Turbin
Blade terbuat dari material Superalloy, yakni paduan khusus yang dibuat untuk
komponen-komponen dalam kondisi ekstrim seperti turbine blade dan Combustion
Chamber. Salah satu contoh Superalloy adalah Inconel Superalloy yang dipakai
pada Engine Manifold roket Falcon 9. Tetapi kebanyakan turbine blade
menggunakan Nickel-based <Superalloy, atau paduan super berbasis Nikel.
Selain
terbuat dari Superalloy, turbine blade juga dimodifikasi sedemikian rupa untuk
tahan terhadap suhu yang sangat tinggi supaya tidak meleleh, contohnya dengan
metode Cooling path Design dan Thermal Barrier Coating (TBC). Cooling
path Design adalah sebuah metode pendinginan turbine blade dengan
mengalirkan udara melalui lubang-lubang kecil yang ada di bagian dalam turbine
blade. Udara yang relatif lebih dingin dibandingkan gas hasil pembakaran ini
berasal dari Low Pressure Compressor di bagian depan mesin jet dan berfungsi
untuk mendinginkan permukaan Blade yang terkena beban suhu tinggi dari gas
panas hasil pembakaran.
Berbagai metode Cooling pada Blade (sumber : [a] www.iop.org
Metode
lainnya yaitu dengan Thermal Barrier Coating (TBC), dengan menambahkan lapisan
tahan panas pada permukaan Blade. Lapisan ini biasanya terbuat dari keramik dan
terdiri dari 4 lapisan Ceramic Topcoat, Thermally Grown Oxide, Metallic Bond Coat,
dan Superalloy Substrate. Lapisan paling luar (Ceramic Topcoat) mampu menyerap
panas dan tetap menjaga lapisan dalam Blade tetap dalam suhu rendah.
Kesimpulannya,
ada banyak cara untuk memodifikasi material yang dipakai untuk membuat turbine
blade pada mesin jet (ataupun pada Steam Turbine dan Reaktor Nuklir), supaya
bisa bertahan pada suhu ekstrim, yakni dengan metode Superalloy, Cooling path Design,
Thermal Barrier Coating, serta dengan Solidification. Khusus untuk metode
Solidification akan dibahas dalam artikel lain.
Daftar Rujukan
Callister, W.D., (2010), “Materials Science and Engineering
: An Introduction – 8th ed.”. ____ : Wiley and Sons Canada.
Van Vlack, L. H, (1989), “Elements of Materials
Science and Engineering – 6th ed." . Boston : Addison-Wesley Longman.
Petter Spittle, (2003), “Gas Turbine Technology”.
www.iop.org/journals/physed. </div>
</div>
0 komentar:
Post a Comment